Halaman

Minggu, 14 Agustus 2011

Minat Baca dan Diskon Murah Meriah

Kurangnya minat baca generasi muda bangsa ini sudah sejak lama menjadi rahasia umum. Bagaimana generasi muda lebih senang berlama-lama menonton tayangan TV, menikmati permainan “game online” ataupun mengikuti tren yang hadir di dunia maya (internet) secara tidak sadar sudah dimaklumi berbagai kalangan. Generasi muda kerap terlena dengan semua fasilitas canggih yang tampak dan hadir di hadapan mereka. Secara bersamaan generasi muda memang dihadapkan pada keharusan untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin lama semakin tak terbendung ini. Namun di sisi lain minimnya pengetahuan generasi muda bagaimana cara memilah hal yang baik dan buruk bagi diri mereka ditenggarai menjadi salah satu efek dari kurangnya minat akan dunia baca (buku atau dunia literasi).

Buku yang secara ideal kerap diibaratkan sebagai jendela dunia tidak mampu membendung perkembangan dunia informasi dan teknologi yang melenakan para generasi muda. Selain membaca buku pelajaran (wajib) yang ada di sekolah generasi muda yang berada pada usia sekolah dan produktif ini justru menjadikan buku sebagai sesuatu yang asing. Generasi muda tidak lagi menganggap buku sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sebagaimana yang diperlihatkan oleh generasi muda di masa lampau (pra kemerdekaan). Buku yang merupakan gudang ilmu itu kemudian tidak lebih menjadi kebutuhan kesekian dalam kehidupan para generasi muda saat ini. Jika ingin mengetahui penyebab hal tersebut tentunya banyak faktor atau alasan yang dapat kita kemukakan. Pengaruh perkembangan dunia informasi dan teknologi yang pesat pastinya berada di urutan pertama. Tidak tumbuh dan berkembangnya budaya baca dan tulis di lingkungan formal (sekolah) dan non-formal (keluarga ataupun pergaulan), seragamnya jenis buku yang ataupun buku yang ada belum mampu menarik minat para generasi muda hingga harga buku yang tidak terjangkau (mahal) barangkali dapat dijadikan sebagai alasan.

Kecemasan-kecemasan akan persoalan yang dihadapi bangsa ini pun telah banyak mendapat sorotan dalam berbagai bentuk (tulisan maupun kegiatan-kegiatan). Baik oleh para pakar pendidikan, sosial budaya hingga para aktivis (LSM) yang notabenenya juga berperan dalam memperbaiki keadaan bangsa ini. Hal ini tampak dari banyaknya ulasan, diskusi, seminar ataupun tindakan nyata yang dipelopori oleh individu maupun kelompok dalam mencari solusi (efektif atau tepat sasaran) dalam rangka menumbuhkembangkan (kembali) minat baca di tengah generasi muda. Perlahan namun pasti jika usaha-usaha tersebut dilakukan secara konsisten dan terus menerus bukan hal yang mustahil nantinya para generasi muda akan kembali menghargai buku dan menjadikannya sebagai sesuatu yang penting. Meskipun dalam statistik angka generasi muda yang “asing” terhadap buku lebih dominan, namun kita pun tidak dapat meniadakan keberadaan para pemuda (generasi muda) lainnya yang justru menjadikan buku sebagai santapan sehari-hari (kutu buku).

Buktinya penyelenggaraan bazaar buku yang diadakan oleh kalangan-kalangan tertentu masih diminati oleh para generasi muda. Hal ini tampak dari ramainya anak-anak maupun remaja usia sekolah yang datang mengunjungi bazaar buku yang kerap diadakan tiap tahun tersebut. Toko buku (rental buku) pun makin menjamur bertebaran di kawasan kampus (pendidikan). Bahkan diskon besar-besaran yang diadakan oleh salah satu toko buku besar di Sumatera Barat selama satu bulan yang lalu mendapat respon yang cukup menggembirakan dari kalangan masyarakat. Terutama generasi muda yang berada pada usia sekolah.

Para generasi muda dengan berbagai latar pendidikan ini datang berbondong-bondong. Ada yang datang bersama kedua orang tua, teman-teman, ataupun seorang diri. Hal ini tentunya tidak dapat diremehkan begitu saja. Secara tidak langsung menjadi bukti bahwa se-maju atau sepesat apapun perkembangan dunia teknologi dan informasi, buku dan segala hal dikandungnya masih dan akan selalu mendapatkan tempat di tengah masyarakat. Barangkali kita tidak dapat hanya menyalahkan mereka (generasi muda) kenapa tidak dapat menyukai buku dan bacaan bermutu lainnya. Harga buku yang terlalu mahal dan tidak dapat dijangkau oleh kantong generasi muda yang notabenenya masih meminta jatah (jajan) kepada kedua orang tua mungkin menjadi penyebab yang perlu kita sikapi. Bukankah diskon buku murah meriah telah terbukti dapat menarik minat para generasi muda untuk berkunjung ke toko buku dan kalau beruntung juga dapat membeli buku-buku tersebut. *** (Padang, 8 Feb 2011)

Tidak ada komentar: